AcehAsia.com | Banda Aceh – Penerapan metode Komunikasi Antar Pribadi (KAP) terbukti meningkatkan penerimaan imunisasi di Aceh Besar. Hal ini disampaikan pada kegiatan Diseminasi Hasil Pelatihan & Studi Evaluasi guna memperkuat kapasitas tenaga kesehatan dan kader imunisasi, Jumat (14/3/2025).
Acara ini diselenggarakan melalui kerjasama antara Dinas Kesehatan Aceh dan UNICEF. Berlangsung di Aula Bapelkes Aceh, acara ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan dan tenaga kesehatan dari 12 puskesmas di Aceh Besar.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh yang diwakili oleh Ferdiyus, SKM, M.Kes, menekankan pentingnya peran tenaga kesehatan dan kader dalam upaya meningkatkan cakupan imunisasi.
“Upaya pemenuhan cakupan imunisasi adalah tugas kita bersama. Dengan pelatihan ini, diharapkan kemampuan tenaga kesehatan dan kader dalam meyakinkan masyarakat semakin meningkat sehingga cakupan imunisasi dapat bertambah. Tidak lupa, kita juga harus menghidupkan kembali Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS),” tuturnya.
Ferdiyus juga menyampaikan apresiasi kepada UNICEF atas dukungan yang konsisten dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi.
Sementara itu, Kepala Perwakilan UNICEF Aceh, Andi Yoga Tama, menekankan pentingnya komunikasi yang efektif dalam meningkatkan cakupan imunisasi, terutama di daerah dengan tingkat zero-dose yang tinggi.
“Pelatihan ini berlangsung dalam waktu relatif singkat, dari Desember 2024 hingga Februari 2025. Ini adalah upaya kolektif untuk memastikan setiap anak di Aceh mendapatkan haknya atas imunisasi dan perlindungan kesehatan yang maksimal. Salah satu tantangan utama di Aceh adalah maraknya informasi yang keliru di masyarakat, sehingga kader imunisasi sering mengalami kesulitan meyakinkan keluarga untuk melakukan imunisasi,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa persuasi menjadi kunci dalam meyakinkan masyarakat, dan kemampuan komunikasi antar pribadi (KAP) berperan penting dalam membantu tenaga kesehatan serta kader dalam menyampaikan pesan imunisasi. “Kita terus mendorong strategi berbasis bukti dan data agar anggaran yang dikeluarkan benar-benar bermanfaat,” tambahnya.
Hasil Studi: Peningkatan Cakupan Imunisasi Berkat KAP
Aqsa, Social Behaviour Change Officer UNICEF, memaparkan bahwa studi ini merupakan permodelan KAP pertama kali yang dilakukan di Indonesia dengan pendekatan eksperimen menggunakan desain cluster randomized controlled trial (CRCT). Sebanyak 12 puskesmas di Aceh Besar dipilih secara acak dan dibagi menjadi dua kelompok: intervensi dan kontrol. Di setiap puskesmas, dua petugas dan dua kader menjadi peserta pelatihan yang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.
“Kami menemukan bahwa strategi ini berhasil meningkatkan keterampilan komunikasi tenaga kesehatan dan kader dalam menyampaikan informasi tentang imunisasi. Selain itu, penerimaan imunisasi di puskesmas kelompok intervensi meningkat dibandingkan kelompok kontrol. Para tenaga kesehatan dan kader juga merasa lebih termotivasi dan percaya diri dalam melakukan edukasi ke masyarakat menggunakan metode KAP,” papar Aqsa.

Namun, ia juga mencatat sejumlah tantangan dalam implementasi, seperti kurangnya pemahaman masyarakat tentang imunisasi, sulitnya mengumpulkan warga untuk edukasi, serta pengaruh dari pihak yang menolak imunisasi.
Rekomendasi Implementasi KAP
Berdasarkan hasil studi dan penguatan kapasitas yang telah dilakukan, berikut beberapa rekomendasi yang diusulkan:
1. Integrasi Metode KAP dalam Program Rutin
– Menjadikan KAP sebagai bagian dari program penguatan kapasitas tenaga kesehatan dan kader secara berkala guna meningkatkan efektivitas edukasi imunisasi di masyarakat.
2. Pemanfaatan Metode Edutainment, Peer Learning, dan Praktik Lapangan
– Mengadopsi pendekatan berbasis hiburan dan pembelajaran antar sejawat guna meningkatkan pemahaman dan penerapan strategi komunikasi yang lebih efektif di lapangan.
3. Penguatan Supervisi dan Monitoring Data Imunisasi
– Melanjutkan sistem supervisi suportif melalui berbagai alat pemantauan yang tersedia serta memastikan data imunisasi anak tercatat secara real-time.
4. Advokasi dan Penguatan Pendanaan
– Mendorong alokasi anggaran BOK dan memaksimalkan anggaran promosi kesehatan untuk mendukung kegiatan edukasi di masyarakat oleh tenaga kesehatan dan kader.
“Semoga rekomendasi ini dapat menjadi pertimbangan dalam upaya memenuhi hak anak untuk memperoleh imunisasi,” jelas Aqsa.
Kesaksian Peserta: Meningkatkan Kepercayaan Diri dalam Edukasi
Salah satu tenaga kesehatan yang mengikuti pelatihan KAP, Nurchalida dari Puskesmas Darul Imarah, berbagi pengalamannya.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi saya. Dulu saya tidak percaya diri saat menyampaikan informasi kepada masyarakat. Sekarang, saya lebih yakin dan melihat adanya perubahan di masyarakat setelah menerapkan KAP. Orang tua mulai membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi. Saya juga menerapkan metode ini dalam program inovasi kami, yaitu KOPI (Konseling Pemantapan Imunisasi),” tuturnya.
Para peserta kegiatan berharap pelatihan serupa dapat terus diberikan, terutama bagi tenaga kesehatan yang belum pernah mendapatkan pelatihan KAP sebelumnya.
Komitmen Bersama untuk Peningkatan Imunisasi
Kegiatan ini ditutup dengan sesi diskusi interaktif dan penyerahan hasil penelitian kepada perwakilan Dinas Kesehatan Aceh. Dengan adanya intervensi berbasis komunikasi yang lebih efektif, diharapkan cakupan imunisasi di Aceh Besar dan wilayah lainnya dapat terus meningkat.
“Kami berharap kemampuan komunikasi antar pribadi ini dapat diterapkan lebih luas, tidak hanya oleh dinas kesehatan, tetapi juga di kampus-kampus dan universitas sebagai bagian dari kurikulum pendidikan,” pesan Andi Yoga Tama.[]







