Aceh Asia.com | Banda Aceh–Badan Reintegrasi Aceh (BRA) bersama Fakultas Hukum Universitas Syiah menggelar acara bedah buku Jalan Reintegrasi Geliryawan GAM, yang di ikuti ratusan mahasiswa, akademis serta tokoh masyarakat, yang berlangsung di ruang Moot Court, Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala.
Buku tersebut memaparkan perjalanan reintegrasi mantan gerilyawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dalam dua dekade terakhir sejak perdamaian Aceh 2005, tantangan dan capaian yang dilalui oleh para mantan kombatan, termasuk transformasi peran mereka di tengah masyarakat pascakonflik.
Diskusi ini diharapkan menjadi refleksi penting bagi generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam memahami arti perdamaian yang berkelanjutan.
Kepada awak media, Ketua BRA Jamaluddin mengatakan, bahwa pendidikan memiliki makna yang jauh melampaui gelar akademis semata.
“Pendidikan ini bukan berarti dia harus menjadi seorang profesor, doktor atau lainnya. Tapi ini membentuk intelektual bagaimana harapan memajukan anak bangsanya di kemudian hari,” ujarnya Sabtu 9 Agustus 2025.
Jamaluddin mengungkapkan, penulisan buku ini telah dilalui sejak 10 tahun lalu, termasuk saat dirinya berada di Amerika Serikat.
“Saya menulis sedikit demi sedikit, tapi kali ini mendapatkan kesempatan untuk ditampilkan dan membedahnya, bertepatan menjelang 20 tahun damai Aceh, buku ini juga dapat menjadi referensi bagi mahasiswa serta motivasi bagi mantan Kombatan GAM, ” jelasnya.
Acara yang berlangsung hangat ini dihadiri oleh ratusan peserta dari kalangan mahasiswa, peneliti, dan pemerhati perdamaian.
Para pembicara menekankan pentingnya merawat semangat rekonsiliasi serta membangun ruang dialog yang inklusif demi keberlanjutan perdamaian Aceh.
Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian upaya Badan Reintegrasi Aceh bersama Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala untuk mendorong kajian kritis tentang perdamaian dan keadilan, sekaligus memperkuat kontribusi akademisi dalam proses pembangunan sosial dan politik Aceh yang damai.







