Acehasia.com | Banda Aceh – English Department Student Association (EDSA), Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry melaksanakan agenda Lecturer Talk periode 2025–2026 dengan tema “From Local to Global: Exploring the Experiences of Lecturers in Europe”.
Acara ini berlangsung di Aula FTK Gedung B, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry dan dihadiri oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris serta mahasiswa dari berbagai jurusan, baik dari internal kampus maupun eksternal, pada Sabtu (31/5/2025).
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Syarifah Dahliana, turut menyampaikan harapan atas terselenggaranya kegiatan ini. “Saya berharap kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar sampai akhir dan menjadi sebuah diskusi yang interaktif, penuh warna, serta memberi wawasan yang mendalam bersama kedua guest speakers.”
Ketua panitia acara, Afi Khairan, menjelaskan bahwa agenda Lecturer Talk ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman tentang pendidikan internasional. “Saya sangat menantikan pemaparan dari pembicara kita yang luar biasa dan berinteraksi dengan kalian semua selama acara ini berlangsung,” ucapnya.
Afi juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh peserta yang hadir. “Thank you to everyone for being here today. I hope this session sparks engaging discussions and deepens our understanding of international education. I look forward to hearing from our distinguished speakers and engaging with all of you throughout the event,” ujarnya.
Wakil Dekan III, Pak Yusran, menyampaikan bahwa mahasiswa tidak hanya boleh membayangkan indahnya studi di luar negeri, tetapi juga perlu memikirkan bagaimana cara mencapainya. “Kurangilah menghayal dan perbanyak aksi untuk mencapai sebuah tujuan, seperti perkataan Soekarno, ‘Gantungkanlah cita-cita setinggi langit’,” ucapnya.

Acara ini menghadirkan dua guest speakers, yaitu Risdaneva, lulusan University of Liverpool dan merupakan dosen di UIN Ar-Raniry, serta Fera Busfina Zalha, lulusan University of Leeds yang juga dosen di kampus yang sama. Keduanya berbagi pengalaman selama menempuh pendidikan di Eropa, dengan menyoroti berbagai tantangan dan peluang yang mereka temui saat beradaptasi dengan sistem pendidikan dan budaya yang berbeda.
Dalam sesi pemaparan, mereka menyampaikan pengalaman menempuh pendidikan di UK. “Suatu kesempatan yang luar biasa. Namun, terlepas dari semua itu, pastinya ada hal-hal yang menjadi pertimbangan yang cukup sulit. Salah satu negara yang sangat cocok untuk orang muslim adalah Australia,” kata Risdaneva.
Melalui agenda ini, peserta memperoleh wawasan berharga mengenai sistem pendidikan tinggi di Eropa, mulai dari gaya belajar, budaya akademik, hingga tantangan yang dihadapi mahasiswa internasional di benua tersebut. Pengalaman langsung yang dibagikan para narasumber menjadi referensi nyata bagi mahasiswa yang bercita-cita melanjutkan studi ke Eropa, serta memperkuat pemahaman mereka tentang dinamika pendidikan di negara-negara maju Eropa yang kini menjadi destinasi unggulan bagi para pelajar global.[]







