Acehasia.com | Banda Aceh- Mindset baru yang terbentuk dalam masyarakat jadi pemicu tingginya angka perceraian di Aceh. Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Banda Aceh H. Salman S.Pd., M,Ag mengungkapkan selain faktor ekonomi dan mental. Faktor sosial yang tertuang dalam pemikiran masyarakat juga menjadi bagian dari fenomena ini.
“Perceraian dipicu oleh perselingkuhan, lemahnya mental, ekonomi. Belum lagi ada faktor sosial, trend menjadi janda saat ini, bukan menjadi suatu hal yang aib, biasa saja. Itu semacam mindseat baru yang terbentuk dalam masyarakat,” ungkapnya saat diwawancarai Acehasia.com, Jumat (07/08/2025).
Fenomena curhat masalah rumah tangga di media sosial juga begitu digandrungi oleh masyarakat saat ini. Di mana masyarakat meluapkan keluh kesah dalam rumah tangga melalui siaran langsung di aplikasi tiktok.
“Itu pengaruh sosial disebabkan Karena hari ini masyarakat lebih dekat dengan handphone dibandingankan dengan keluarga. Seolah jika sudah menyampaikan ke dunia luar sudah puas. Itu kekeliruan, apalagi konten banyak ditonton oleh orang lain.” Ujarnya.
Menjamurnya penggunaan aplikasi Tiktok dalam hal ini membawa paradigma baru dalam masyarakat. ia mengumpamakan fenomena ini dengan pribahasa rumput tetangga lebih hijau.
Banyaknya berseliweran konten dan video tiktok dalam hal ini akan mempengaruhi ketahanan rumah tangga yang akhirnya akan bermuara pada keretakan hubungan.
“Ketika orang yang punya kacamata bahwa rumput tetangan lebih hijau, itu bahaya. Sekarang rumputnya banyak sekali di medsos. Itu semua bermuara pada keretakan rumah tangga,” ujarnya.
Dalam hal ini, Kemenag Kota Banda Aceh sebenarnya sangat konsen mengawal isu ini bahkan sejak sebelum pasangan memutuskan menikah.
Ia menyebutkan program Bimbingan Remaja Usia Sekola (BRUS) merupakan salah satu program prioritas Kementerian Agama yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan pemahaman kepada remaja pra nikah. Disana para remaja diberikan pemahaman gambaran pernikahan.
“Kalau menikah harus matang, jangan menikah dini. Matangkan dulu ekonomi dan pemikiranya. Tidak hanya karena cinta, karena kekuatan rumah tangga itu diuji di 10 tahun pertama,” ujarnya.
Tak berhenti disana, Salman mengungkapkan juga ada pembinaan keluarga sakinah hingga mediasi bagi pasangan yang ingin bercerai.
Karena maraknya keretakan rumah tangga karena konten di media sosial, Salman mengatakan Para penyuluh agama juga dibina agar dapat melek media dan menghasilkan konten-konten nasehat di media sosial.
“Kami memberikan sosialisasi kepada para penyuluh untuk menggunakan medsos. Pembinaan ini agar para penyuluh melek teknologi dan mampu untuk membuat konten-konten nasehat sehingga dapat menangkal konten-konten negatif,” pungkasnya.(Oja)







