AcehAsia.com | Aceh Besar – Bukit Siron menjadi primadona Aceh Besar yang wajib didatangi ketika hari libur tiba. Hanya memakan waktu 2 jam dari pusat Kota Banda Aceh, pengunjung akan disuguhi pemandangan padang rumput hijau yang membungkus perbukitan. Melewati Waduk Keuliling, sampai masuk ke beberapa pedalaman desa yang masih asri, kita akan sampai di jalur bebas kemacetan, jalan berlubang, hingga lampu merah.
Tidak perlu khawatir jalanan sepi, karena lintasan Desa Siron Krueng, Kecamatan Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar ini terbilang aman. Belokan santai dengan tambahan pepohonan yang menyelinap di setiap bukitnya, semakin menambah nuansa berbeda ketika berkendara.
Melewati 4 jembatan, Basecamp Cek Roni yang berada tepat di kaki Bukit Siron siap menjadi tempat peristirahatan sekaligus persiapan untuk melakukan pendakian. Terletak di pinggiran sungai, membuat lelah berkendara sirna dengan gemericik suara air yang melewati celah-celah batu perbukitan.
Tak perlu menunggu lama, setelah melakukan persiapan, penjaga akan menghampiri lalu memberi arahan untuk terus mengikuti jalur yang sudah diikat kain merah. Di sini, pengunjung tidak perlu takut merasa tidak bebas ketika mendaki, karena tugas penjaga di sini hanya mengarahkan dan mengamankan motor pengunjung.
Perjalanan pun dimulai dengan track bebatuan. Dengan estimasi waktu kurang lebih 30 menit, jalur ini cocok untuk pengunjung yang menyukai hiking. Sesekali sapuan angin akan memanjakan tubuh yang sudah bersimbah keringat.

Setelah mencapai puncak pertama, persembahan alam Aceh Besar ini akan membuat setiap pengunjung terpana. Bagaimana tidak, hamparan ilalang yang muncul di sabana hijau muda membuat perasaan setiap orang yang berkunjung melupakan sejenak penat dari lelahnya bekerja.
Perpaduan birunya langit dengan hiasan awan putihnya semakin menyemarakkan perayaan alam yang disuguhkan Bukit Siron. Untuk urusan spot foto tak perlu diragukan lagi, karena setiap inchi dari kawasan Bukit Siron menyajikan pemandangan yang epic untuk diposting.
Di puncak, tak banyak pepohonan, hanya ada beberapa yang bisa dijadikan sebagai tempat beristirahat. Pengunjung juga tidak perlu risau untuk waktu turun dari bukit, Cek Roni begitu sapaan akrabnya, mengatakan akan tetap menjaga dan menunggu pendaki sampai waktu magrib tiba.
“Cewek boleh turun pas magrib, nanti akan kami tunggu orang yang di atas turun dulu, karena enggak enak kalau enggak ditunggu,” jelasnya.
Pria berumur 60 tahun ini menuturkan tidak ada larangan berat untuk mendaki, ia selalu mengutamakan kenyamanan wisatawan. Timbang rasa menjadi prinsip yang diterapkan ketika ia menjalani bisnis wisata ini.
“Makanya kita perlu pelanggan, pelanggan ini butuh timbang rasa, kalau enggak ada uang ya enggak apa-apa juga tetap boleh masuk. Jangan sampai lah marah-marah ke orang cuma gara-gara uang,” tutur Cek Roni.
Selain dijadikan tempat hiking, Bukit Siron juga bisa menjadi tempat camping ceria bersama teman maupun keluarga. Hanya membayar 75 ribu perorang, pengunjung sudah bisa bermalam di pelataran sungai. Jika membawa tenda sendiri pun juga diperbolehkan, wisatawan akan dikenakan biaya 50 ribu perorang.

Cek Roni menjelaskan tempat wisata Bukit Siron yang dikelolanya selama 10 tahun terakhir merupakan tanah bekas konflik GAM dulu.
“Jadi waktu konflik kita lari-lari, tandain tanah, begitu sudah damai orang enggak berani ambil lagi,” kata Roni yang juga mantan pasukan GAM.
Meskipun pernah merasakan konflik, Cek Roni sama sekali tidak memiliki perawakan yang menakutkan. Bahkan ia dengan ramah selalu menyapa para pengunjung yang datang ke tempatnya. Jadi tunggu apalagi, wisata alam Tanah Rencong di Aceh Besar sudah menunggu anda untuk berpetualang.(Rin)







